Ucapan syukur, itulah yang seharusnya kita selalu ucapkan atas
nikmat-nikmat Allah yang telah Ia berikan kepada kita. Diantara
nikmat-nikmat itu adalah nikmat untuk mencintai makhluk yang paling
Allah cintai, yakni Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan
orang-orang shalih, para auliya’, yang mengikuti jejak beliau, karena
tidak kepada semua orang nikmat mencinta orang-orang pilihan ini
diberikan. Orang-orang yang cinta kepada mereka, sesungguhnya telah
tersirat dalam surat Fatihah yakni Shirotol Mustaqim. Kemudian,
sebenarnya apa atau jalan siapa yang disebut “Sirotol mustaqim/ jalan yang lurus” ini?,
mengapa tidak disebut “Shirotullah/Jalan Allah”?.
Pertanyaan ini terjawab di bagian lain al-Qur’an, tentang bagaimana
shirotol mustaqim ini, yaitu shirot/jalannya para nabi, shiddiqin,
syuhada, shalihin yang sudah pasti mereka sesuai dengan bimbingan Allah.
Maka siapapun yang mencintai orang yang mempunyai jalan lurus ini, maka
sungguh ia telah turut berlaku pada jalan lurus tersebut. Maka dari
itu, kita yang diberikan rasa cinta pada nabi, shiddiqin, syuhada,
shalihin, sejatinya telah ditunjukkan shirotol mustaqim.
Karena rasa cinta ini merupakan sesuatu yang luar biasa, yang dapat
membawa kita ke jalan yang lurus, apabila mencintai orang-orang yang
berjalan diatasnya, maka janganlah sekali-kali menyepelekan rasa cinta
ini. Mengapa demikian, karena seseorang akan dikumpulkan beserta orang
yang dicintai. Jadi dapat dikatakan bahwa jika kita mencintai para nabi,
dan orang-orang shalih, yang pasti mereka mendapatkan kedudukan yang
tinggi disisi Allah, maka hal itu juga berlaku bagi kita karena sebab
cinta yang kita miliki atas mereka. Dikisahkan bahwa suatu hari, seorang
ulama bermimpi bertemu nabi, dan minta hadits yang belum pernah
disampaikan. Maka nabi berkata kepada ulama tersebut :
- Selama di mulutmu beraroma kopi, maka malaikat akan beristighfar untukmu.
- Jika seseorang memegang tasbih, maka dia tergolong ahli tasbih.
- Barang siapa mengunjungi waliyullah ketika hidup ataupun telah wafat, maka akan dicatat ibadah selama 70 tahun sampai tulangnya remuk. Mengapa demikian, karena orang yang berziarah kepada waliyullah ini berangkat dengan penuh rasa cinta, tawadlu, merendah diri kepada orang yangg lebih berilmu.
Perlu kita ketahui, sesungguhnya jika kita mengandalkan amal kita sebagai ‘tiket’
masuk surga, maka sangatlah tidak cukup. Kita semua tahu amal kita
banyak yang buruk, sholat kita belum khusyu’, shodaqoh belum ikhlas,
masih sering bermaksiat, orientasi keduniawian masih mendominasi pikiran
kita. Maka tiada modal lain selain cinta kepada Allah, mencintai rasul
dan para wali Allah. Karena seperti yang kita ketahui, para auliya
adalah telah dijamin oleh Allah tidak akan mengalami ketakutan dan
kesedihan baik di dunia maupun akhirat. ‘Himmah’ atau semangat inilah
yang kelak dapat mengantar seseorang untuk mendekatkan diri kepada
Allah. Selain bermodalkan cinta kepada orang-orang pilihan Allah seperti
yang telah dijelaskan, untuk menggapai kesuksesan hidup kita di
akhirat, kita juga perlu membangun kiat-kiat untuk menggapainya. Usaha
kita untuk menggapai kesuksesan di akhirat harus di mulai dari sekarang
dengan menginvestasikan segala sesuatu yang kita miliki untuk membangun
akhirat kita. Banyak cara untuk itu, seperti dengan bershodaqoh,
berdakwah, berjuang demi menegakkan agama Allah dengan harta, kekuatan
dan kemampuan yang kita punyai. Diceritakan tentang ulama’ sepuh, Mbah
Umar Syahid yang usianya 105 tahun menyatakan di usia beliau yang sudah
lanjut tersebut masih berhimmah/bersemangat untuk berdakwah, menyebarkan
kedamaian bagi ummat. Pelajaran yang dapat kita ambil adalah selalu
bersemangat dalam hal kebaikan, terutama dalam hal mendakwahkan agama
Allah.
Disisi lain, kita juga diharuskan untuk menjalankan ajaran Islam
secara kaffah/menyeluruh. Namun pada kenyataannya, banyak ajaran islam
yang ditinggalkan oleh ummat islam sendiri, namun ummat lain di negara
mayoritas kafir yang melakukannya, seperti menjaga kebersihan. Untuk
itu, marilah kita meniatkan segala sesuatu untuk mensyiarkan dan
mendakwahkan agama Allah.
Diantara salah satu cara untuk mendakwahkan agama Allah adalah dengan
memeriahkan, dan menyemarakkan acara-acara yang dapat menumbuhkan rasa
mahabbah dan mengingat kepada Allah. Salah satu contohnya adalah dengan
menghadiri Majlis Riyadlul Jannah. Menurut pengamatan saya (Habib Novel)
Majlis Riyadlul Jannah ini bisa Istiqomah, semakin besar dan berhasil
adalah disebabkan beberapa faktor, yakni keberkahan orang tua khodimain
majlis, keberkahan dari kitab Simthud Durar, keberkahan dari kelompok
dhuafa’/orang-orang lemah. Dikatakan dalam suatu maqolah “Sesungguhnya
pertolongan Allah itu melalui orang-orang lemah diantara kalian”. Dari
sini dapat disimpulkan, jika kita ingin mendapatkan kesuksesan, marilah
kita mencari keberkahan dari orang tua, mencari keberkahan dari
auliya’allah, dan berbaur dengan kaum dluafa’, fuqara’ dan masakin.
Bahkan kelak nanti di akhirat Rasul meminta untuk dikumpulkan dengan
orang-orang miskin.
Kesimpulan dari mauidloh ini adalah marilah kita senantiasa untuk
mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan terutama nikmat
mencintai orang-orang sholih, pilihan Allah, karena dengan mencintai
mereka kelak kita akan dikumpulkan bersama mereka. Selain itu marilah
kita pergunakan seluruh daya dan upaya, harta benda kita untuk
didermakan di jalan Allah sebagai wasilah kita menggapai kehidupan
akhirat yang lebih baik.
Wallahu a’lam bishshowab.
Posting Komentar