Kajian Secangkir Kopi Malam
Oleh : Ustadz Miftakhul Kanzil Mukhid
Hijrahnya Rasululloh SAW dari Makkah ke Madinah merupakan peristiwa fenomenal.
Hal itu terlihat dari kemajuan dakwah Islam setelah peristiwa hijrah tersebut. Hanya dalam waktu singkat yaitu sekitar 13 tahun setelah hijrah, dakwah Islam berkembang pesat hampir ke seluruh Jazirah Arab.
Hal itu terlihat dari kemajuan dakwah Islam setelah peristiwa hijrah tersebut. Hanya dalam waktu singkat yaitu sekitar 13 tahun setelah hijrah, dakwah Islam berkembang pesat hampir ke seluruh Jazirah Arab.
Padahal, ketika Rasululloh SAW masih di Makkah dalam rentang waktu 10
tahun, yang menyambut dakwah Islam jumlahnya dapat dihitung dengan jari.
Sesungguhnya fenomena hijrah menghasilkan kemajuan sudah dijanjikan
oleh Alloh SWT. “Barang siapa berhijrah di jalan Alloh, niscaya mereka
mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang
banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada
Alloh dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke
tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Alloh.
Dan adalah Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS an-Nisa [4]: 100).
(QS an-Nisa [4]: 100).
Aktivitas hijrah yang menghasilkan kemajuan bukan hanya fenomena
ekslusif hijrah Rasul SAW, tapi merupakan fenomena universal. Hampir
semua negara dan peradaban besar di dunia dibangun oleh masyarakat
pendatang (muhajir).
Demikian juga kelompok masyarakat yang
menguasai sebagian besar sumber daya alam dan ekonomi di Indonesia
adalah etnis pendatang, yaitu Cina.
Bahkan kelompok masyarakat yang maju secara ekonomi, sosial, dan budaya di kota-kota besar, khususnya di Indonesia, sebagian besar penduduk pendatang, bukan penduduk asli.
Lantas, ada apa di balik fenomena hijrah tersebut? Hijrah secara bahasa berarti pindah dari satu tempat ke tempat lain.
Peristiwa pindah ini biasa juga disebut gerak.
Sesungguhnya pada gerak inilah rahasia kemajuan di balik peristiwa hijrah.
Di alam ini segala sesuatu yang bergerak keberadaannya relatif lebih sehat dan maju.
Otak kita yang sering digerakkan untuk berpikir akan jauh lebih sehat
dan berkembang dibanding dengan otak yang tidak pernah digerakkan untuk
berpikir.
Hati yang digerakkan melalui berzikir juga akan relatif lebih sehat dibanding dengan yang tidak pernah digunakan untuk berzikir.
Demikian juga dengan tubuh yang digerakkan melalui olahraga, ia akan
lebih sehat dibanding dengan tubuh yang tidak pernah diolahragakan.
Fenomena gerak yang menghasilkan kesehatan tidak hanya terjadi pada
makhluk hidup, tetapi juga terjadi pada makhluk mati.
Air yang
mengalir (bergerak), misalnya, lebih sehat dari air yang tergenang.
Sebersih-bersih air jika tidak bergerak (tergenang), ia akan menjadi
sumber penyakit.
Imam Syafi’i dalam sebuah syair pernah berkata,
“Sesungguhnya aku pernah melihat air tergenang itu merusak. Jika air itu
mengalir menyehatkan dan jika tergenang akan merusak (sumber
penyakit).”
Jadi, prinsip gerak atau pindah dari satu tempat ke
tempat lain merupakan prinsip dasar pada hijrah yang menghasilkan
kemajuan.
Oleh karena itu, pantas kalau Alloh SWT mendorong hamba-Nya untuk senantiasa bergerak dengan melakukan perjalanan di atas bumi.
”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Alloh dan ada
pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (QS an-Nahl [16]: 36).
Wallahu a’lam.
Posting Komentar