Saudaraku, entah kebodohan apa yang menyelimuti diri kita ini. Setiap saat kita berbuat dosa, durhaka kepada Allah tanpa henti, melanggar berbagai aturan dan norma hukum yang ditetapkan-Nya, tetapi kata-kata maaf walau sekedar di lisan pun jarang atau tidak pernah kita ucapkan. Seakan surga ini milik kita dan kita dapat memasukinya kapan pun kita mau.
Coba kita ingat bagaimana sikap Nabi Muhammad saw.
Beliau tidak
pernah dan tidak akan berbuat dosa atau kesalahan. Allah telah
mengangkat dan memilih beliau sebagai orang yang paling mulia dan paling
Ia cintai dari semua makhluk-Nya. Kendati demikian Rasulullah saw
bersabda:
“Demi Allah, setiap hari aku beristighfar dan bertobat kepada Allah lebih dari 70 kali.”
Istighfar memiliki banyak keutamaan, di antaranya adalah: mencegah
turunnya bencana dan siksa, menghapuskan dosa, memudahkan rezeki dan
keturunan, melancarkan usaha, menghapuskan duka dan kesedihan dan
melenyapkan kesempitan hidup. Coba simak ayat berikut:
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengzdzab mereka sedangkan kamu
berada di antara mereka. Dan tidak pula Allah akan mengadzab mereka,
sedangkan mereka meminta ampun.” (Al-Anfal, 8:33)
“Maka aku (Nuh) katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada Tuhan
kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan
hujan yang lebat kepada kalian, dan memberi kalian harta dan anak-anak
yang banyak, dan mengadakan untuk kalian kebun-kebun dan mengadakan pula
(di dalamnya) untuk kalian sungai-sungai.” (Nuh, 71:10-12)
Tentunya berbagai keutamaan ini akan kita peroleh jika kita
beristighfar dengan sesungguhnya, yakni dengan benar-benar meminta ampun
kepada Allah. Kendati demikian, sekedar istighfar di lisan sudah
mendatangkan pahala yang sangat besar, di antaranya pahala dzikir lisan,
selamatnya kita dari dosa ghibah (menggunjing), dusta, mengadu domba
dan lain sebagainya.
Sumber :
Posting Komentar