Duhai Rasulallah

Oleh: Imam Al-Ghazali


Diterjemahkan Oleh Ustadz Novel Bin Muhammad Alaydrus, Solo

Ketika Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam meninggalkan dunia yang fana ini, alam pun bersedih. Di tengah kesedihan mereka, sembari menangis, Sayyidinâ ‘Umar berkata:
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, dahulu engkau memiliki sebatang kurma sebagai tempat berpidatomu. Ketika engkau dirikan sebuah mimbar baru untuk menyampaikan pesan-pesanmu kepada masyarakat yang jumlahnya semakin banyak, batang kurma itu pun merintih karena sedih berpisah denganmu. Ia baru tenang dan berhenti merintih, setelah engkau letakkan tanganmu di atasnya. Duhai Rasul, sesungguhnya umatmu lebih pantas untuk merintih rindu kepadamu, saat engkau meninggalkan mereka.
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh tinggi kedudukanmu di sisi Allâh. Ia jadikan ketaatan kepada-Mu sebagai ketaatan kepada-Nya. Allâh ‘Azza Wa Jalla mewahyukan:
مَنْ يُّطِعِ الرَّسُوْلَ فَقَدْ أَطَاعَ اللهَ
Barang siapa yang mematuhi Rasul, sungguh ia telah mematuhi Allâh. (An-Nisâ, 4:80)
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh tinggi kedudukanmu di sisi Allâh. Ia telah memaafkanmu, sebelum menyebutkan kesalahanmu, sebagaimana tersebut dalam wahyu-Nya:
عَفَا اللهُ عَنْكَ لِمَ أَذِنْتَ لَهُمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا وَتَعْلَمَ الْكَاذِبِيْنَ
Semoga Allâh memaafkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang), sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keudzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta? (At-Taubah, 9:43)
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh tinggi kedudukanmu di sisi Allâh. Kendati mengutusmu sebagai Nabi yang terakhir, akan tetapi di dalam wahyu-Nya, terlebih dahulu Ia sebut dirimu sebelum mereka. Allâh mewahyukan:
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nûh, Ibrâhîm, Mûsâ dan ‘Îsâ putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh, (Al-Ahzab, 33:7)
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh tinggi kedudukanmu di sisi Allâh, hingga para penghuni Neraka sangat ingin menjadi orang-orang yang mentaatimu, padahal mereka sedang tersiksa di dalamnya. Mereka berkata:
يَالَيْتَنَا أَطَعْنَا اللهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُوْلاَ
Oh alangkah baiknya andaikata dahulu kami taat kepada Allâh dan taat (pula) kepada Rasul. (Al-Ahzab, 33:66)
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh, jika Mûsâ putra ‘Imrân dikaruniai Allâh sebuah batu yang darinya memancar air laksana sungai, maka apakah hal itu lebih menakjubkan dari jari-jemarimu yang bisa memancarkan air? Semoga shalawat Allâh senantiasa terlimpahkan kepadamu.
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, jika Sulaimân putra Dâwûd dikaruniai Allâh, angin yang bergerak dengan kecepatan sejauh perjalanan sebulan, baik pagi maupun sore, maka apakah hal itu lebih menakjubkan dari Burâq yang menjadi tungganganmu dalam perjalanan menembus tujuh lapis langis dan kemudian subuh hari itu pula engkau telah berada di Abthah guna menunaikan shalat Subuh? Semoga shalawat Allâh senantiasa terlimpahkan kepadamu.
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, jika ‘Îsâ putra Maryam telah dikaruniai Allâh kemampuan untuk menghidupkan kembali orang yang telah meninggal dunia, maka apakah hal itu lebih menakjubkan dari seekor kambing panggang beracun, yang ketika pahanya hendak engkau makan, ia berkata kepadamu
“Jangan engkau memakanku, karena aku beracun.”
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, sungguh, Nûh telah mendoakan kaumnya dengan doanya yang berbunyi:
رَبِّ لاَ تَذَرْ عَلَى اْلأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِيْنَ دَيَّارًا
Duhai Tuhanku, jangan Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nûh, 71:26)
Andaikan engkau mendoakan kami seperti itu, niscaya kami semua akan binasa. Namun, walau punggungmu diinjak, wajahmu berlumuran darah dan gigimu tanggal, yang terucap darimu hanyalah kebaikan. Engkau justru berkata:
أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِيْ فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُوْنَ
Ya Allâh Tuhanku, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, walau usiamu sedikit dan umurmu pendek, tetapi pengikutmu melebihi jumlah mereka yang mengikuti Nûh yang panjang usianya. Sungguh, telah beriman kepadamu anak manusia dalam jumlah yang banyak, sementara tidak beriman kepada Nûh kecuali sejumlah kecil dari mereka.
Demi ayah dan ibuku, duhai Rasul, andaikan engkau hanya mau bergaul dengan orang-orang yang sepadan denganmu, tentulah engkau tidak akan duduk bersama kami. Andaikan engkau tidak menikah kecuali dengan wanita-wanita yang sepadan denganmu, tentulah engkau tidak akan menikahi wanita-wanita kami. Andaikan engkau tidak melimpahkan suatu tugas kecuali kepada orang-orang yang sepadan denganmu, tentulah engkau tidak akan menunjuk seorang pun dari kami sebagai wakilmu. Namun, demi Allâh, engkau duduk bersama kami, menikahi sebagian wanita kami, mewakilkan sesuatu kepada kami, mengenakan pakaian terbuat dari kulit domba, mengendarai keledai, memboncengkan kami, meletakkan makananmu di atas lantai dan setelah makan engkau jilati jari-jemarimu demi merendahkan diri kepada Allâh. Semoga shalawat dan salam Allâh senantiasa terlimpahkan kepadamu.
(Lihat Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumiddin, Darul Fikr, Juz.I, 1995, hal.287.)
http://ar-raudhah.info/

Posting Komentar

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates